Di kotatempat saya tinggal pernah terjadi kasus ini, sayangnya karena pasien yang terlampau ramai, sang dokter tidak terlalu teliti memeriksa kasus ini, sehingga tidak diketahui adanya kehamilan luar kandungan yang dalam istilah medis disebut ektopik.

Pasangan ini sudah bertahun-tahun menantikan hadirnya bayi dalam keluarga mereka,karena sudah lima tahun menikahbelum dikarunia anak juga. Pengobatan, terapi apapun sudah mereka coba, dan mereka sangat rutin berkunjung ke dokter kandungan. Hanya sajadokter kandungan yang dipakai sering ganti, mereka mengira bila tidak mempunyai anak dalam waktu dekat dikarenakan dokternya kurang hebat.
Sampai akhirnya kehamilan yang di tunggu-tunggu datang juga. Tapi sayangnya pada bulan ketiga kehamilannya, sang ibu mengalami pendarahan mengakibatkan kematian janin dan ibu.
Kasus ini memberitahuan pada semua pasangan yang sedangan menjalani mengobatan agar terjadi kehamilan harus waspada, ternyata kehamilan luar kandungan sangat berkemungkinan terjadi. Nah lebihlanjut kita pelajari tentang sebab-sebab terjadinya dan bagaimana tindak medisnya :

Hamil di luar rahim/kandungan atau dalam istilah medis kehamilan ektopik, jika terlambat diketahui akan membahayakan nyawa si ibu. Janin yang seharusnya tumbuh dan berkembang di rahim ternyata tumbuh di tempat yang bukan semestinya, yaitu di saluran tuba falopii, kornu (tanduk rahim), atau bahkan di dalam rongga perut.
Jika kehamilan membesar, sangat mungkin organ tempat tumbuh janin itu akan pecah dan memicu perdarahan hebat di dalam perut. Si ibu akan mengalami anemia, pucat, lemas, mengalami sesak napas hingga pingsan. Jika terlambat ditolong maka akan mengakibatkan kematian.
Kabarnya kejadian ini dapat terjadi pada 7 dari 1000 kehamilan. Dan calon ibu yang paling beresiko mengalaminya :
• usia 35-45 tahun, dan pernah hamil di luar rahim.
• yang pernah dioperasi saluran telur.
• yang pernah aborsi berulang.
• yang pernah mengalami masalah infertilitas ataupun pengobatan untuk merangsang keluarnya sel telur dari indung telur.
• Yang menderita infeksi panggul ataupun menderita tuberculosis (TB).
Di awal-awal kehamilan, tidak ada tanda khusus seorang perempuan hamil di luar kandungan dengan perempuan yang hamil normal. Tanda-tandanya tetap sama seperti terlambat menstruasi, mual, morning sickness dan pada tes kehamilan juga menunjukkan tanda positif.
Pada kehamilan ektopik, ovum yang telah dibuahi menempel pada tempat diluar uterus. Penempelannya dapat terjadi di Tuba Falopii (tempat tersering),ovarium, cervix bahkan pada abdomen.
Gejalanya mirip dengan gejala keguguran. Biasanya segera setelah terlambat haid yang pertama, sang wanita merasa nyeri kram dan tampak adanya spotting (perdarahan). Kadang kala perdarahan dapat membahayakan kesehatan maupun nyawa wanita hamil tersebut
Saat terjadi perdarahan berulang-ulang yang menyebabkan nyeri dan tekanan tapi bila perdarahannya cepat dapat menimbulkan shock atau hipotensi.
Jika terjadi nyeri pada perut bawah pada kehamilan sekitar 6-8 minggu dan ini disertai adanya pingsan, biasanya berarti terjadi rupture (robekan) tuba yang disertai perdarahan intra abdominal.
Dari pemeriksaan didapatkan adanya tanda-tanda perdarahan dan shock juga adanya iritasi peritonium di perut bawah.
Gejala Kehamilan Ektopik
Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan terasa pada sekitar 6 – 10 minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan gejala berikut, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter Anda:
1. Sakit di salah satu sisi panggul
2. Perdarahan vagina di luar menstruasi
3. Nyeri di perut bagian bawah
4. Pingsan
5. Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala berikut:
1. Nyeri perut yang intens
2. Hipotensi
3. Denyut nadi cepat
4. Kulit pucat
5. Diagnosis
Penyebab hamil di luar kandungan adalah :
• Terhambatnya perjalanan telur yang sudah dibuahi untuk melewati saluran telur menuju rahim. Hambatan itu bisa terjadi karena adanya bekas luka akibat beberapa sebab. Bisa saja ibu hamil pernah terinfeksi, sehingga bagian tersebut terkena penyempitan. Atau, adanya luka akibat operasi yang pernah dilakukan pada saluran telur. Bekas luka operasi ini bisa menjadi biang masalah saluran telur menjadi lengket atau menutup.
• Adanya endometriosis (jaringan yang mirip lapisan rahim yang ada di luar rahim) atau karena adanya kelainan bentuk dari saluran (misalnya sudah terpelintir dari awal).
• Adanya infeksi di daerah sekitar panggul ataupun infeksi akibat penyakit GO (gonorrhea). Hal inilah yang menyebabkan ibu yang menderita keputihan harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan gejala yang di deritanya adalah tanda infeksi atau hanya keputihan yang bersifat fisiologis.
• Adanya tumor atau perlekatan-perlekatan dalam rongga perut yang mengakibatkan gangguan pada tuba falopii.
• Pada beberapa kasus kemungkinan disebabkan adanya kesalahan salah satu jenis hormon pengaturan yang berperan dalam hal ini sehingga membuat perjalanan hasil pembuahan menjadi tidak lancar.
• Calon ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya atau pernah melakukan bedah caesar.
• Terjadinya penyempitan pada tuba falopi,sehingga sel telur terjebak di saluran indung telur.
Terjadi pembesaran uterus (rahim) tapi lebih kecil daripada yang seharusnya pada usia kehamilan dan adanya nyeri gerak pada servix, Nyeri kencing dan buang air besar juga terjadi, penyebab kehamilan ektopik belum diketahui secara jelas, tetapi faktor resikonya adalah : merokok, kerusakan tuba karena kehamilan dan pertambahan usia ibu. Tindakan dengan laparoskopi dan laparatomi kadang kala dibutuhkan dalam kasus ini.
• Peluang kehamilan ektopik lebih tinggi jika saluran telur rusak karena radang perut (misalnya usus buntu atau infeksi Chlamydia) atau karena operasi rongga perut. IUD (spiral) juga meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
Kasus kehamilan diluar kandungan juga pernah terjadi pada wanita 51 tahun, dia datang ke dokter dengan keluhan nyeri haid dan pendarahan hebat.
Dokter yang memeriksa mendapati Wanita tersebut mengalami kehamilan diluar uterus, bayi tumbuh di sebelah kiri rahim.
Pengobatan
Kehamilan ektopik harus selalu dibatalkan dan dokter akan mencoba untuk menahan laju pertumbuhan embrio dengan obat-obatan. Lebih cepat kehamilan ektopik terdeteksi, semakin besar kemungkinan kehamilan dapat dibatalkan tanpa menimbulkan efek jangka panjang.
Bila kehamilan ektopik terdeteksi di tahap awal, seringkali embrio dapat ditangani dengan obat suntik dan diserap oleh tubuh Anda. Dalam terapi ini tuba falopi biasanya masih utuh. Dalam situasi yang lebih serius, misalnya ketika tuba falopi sudah mengembang, maka diperlukan operasi.
Prognosis
Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, ada kemungkinan sekitar 12% akan terkena lagi di masa mendatang. Karena itu, bila Anda pernah mengalaminya Anda harus memberitahu dokter atau bidan Anda.
Sekitar 60% wanita menjadi subur kembali setelah kehamilan ektopik, 30% tidak ingin hamil karena pengalaman itu dan 10% menjadi infertil (tidak subur).
Pencegahan/ penanganan pada kasus hamil di luar kandungan adalah :
• Pada pemeriksaan kehamilan pertama perlu diketahui apakah kehamilan ada di tempat yang seharusnya, yakni di rahim. Jika dokter mencurigai adanya kehamilan di luar kandungan, panggul akan diperiksa untuk menentukan pusat rasa sakit serta meraba adanya benda padat di perut.
• Pemeriksaan laboratorium yakni pengukuran hCG. Sebab pada kehamilan normal, kadar hormon kehamilan biasanya meningkat dua kali lipat setiap dua hari dalam sepuluh minggu pertama. Namun, pada kehamilan di luar rahim, peningkatan ini biasanya sangat rendah.
• Lewat USG, kelainan ini juga dapat dideteksi.
• Jika terjadi pendarahan maka perlu dioperasi untuk menghentikan pendarahan.
• Jika dideteksi terjadi kehamilan di luar rahim, dokter akan mengambil tindakan operasi untuk mengeluarkan janin yang tumbuh diluar rahim tersebut.
• Jika kehamilan di luar rahim ini masih kecil (dibawah 3 cm), dengan obat-obatan sitostatika bisa dipakai untuk menangani kelainan ini. Tapi jika sudah tumbuh semakin besar, selain obat juga perlu laparoskopi.
• Pengobatan yang diberikan untuk pasien dengan kasus kehamilan di luar kandungan biasanya melalui operasi untuk mengangkat sebagian atau keseluruhan saluran telur yang pecah tersebut dan dibersihkan hingga tak ada jaringan yang tertinggal.
Jika kondisi ini telah membuat kedua saluran telur diangkat, maka perempuan tersebut sudah tidak bisa hamil kembali atau menjadi infertil.
Tapi jika hanya salah satu saluran telur yang diangkat, maka perempuan tersebut masih memiliki kemungkinan untuk hamil kembali dan melahirkan normal. Kemungkinan hamil setelah kehamilan di luar rahim masih tetap ada, tapi menurun sampai sekitar 60%. Jika satu saluran terpaksa diambil, kesempatan untuk hamil kembali sekitar 40%. Jika seseorang pernah mengalami hal ini, biasanya dia punya kecenderungan mengalami kembali kehamilan ektopik.
Karenanya, jika Anda pernah mengalami hamil ektopik dan ingin hamil lagi, periksakan dahulu kondisi Anda sebelum mulai pembuahan. Agar tubuh Anda dapat disiapkan sebelumnya.